Biozatix News – Informasi Popular Sains Teknologi dan Kedokteran
Penyakit jantungStudi terbaru menimbulkan pertanyaan tentang pedoman untuk membatasi konsumsi lemak jenuh dan mendorong konsumsi lemak ganda tak jenuh untuk mencegah penyakit jantung. Penelitian ini dipublikasikan 18 Maret dalam Jurnal Annals of Internal Medicine. Kolaborasi penelitian yang dilakukan oleh University of Cambridge menganalisis studi cohort dan percobaanacak pada resiko coronerdan asupan asam lemak. Mereka menunjukkan bukti bahwa saat ini tidak mendukung pedoman yang membatasi konsumsi lemak jenuh untukĀ  mencegah penyakit jantung. Para peneliti juga menemukan dukungan yang cukup untuk pedoman yang menganjurkan konsumsi yang tinggi dari lemak ganda tak jenuh (seperti omega 3 dan omega 6) untuk mengurangi resiko penyakit coroner.

Ketika sub tipe asam lemak tertentu (seperti berbagai jenis omega 3) dianalisis, efek dari asam lemak tersebut pada resiko kardiovaskuler bervariasi sehingga masih mempertanyakan pedoman diet yang focus pada total jumlah dari lemak jenuh atau tidak jenuh dibandingkan sumber makanan dari subtype asam lemak. Dr Rajiv Chowdory, lead author research dari University of Cambridge mengatakan bahwa hasil ini berpotensi mengembangkan observasi ilmiah yag baru dan mendorong penilaian terhadap pedoman gizi saat ini.

Penyakit kardiovaskuler yang utama yaitu penyakit jantung coroner merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Pada tahun 2008, lebih dari 17 juta orang meninggal dikarenakan oleh kardiovaskuler. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki pedoman pencegahan yang sesuai dengan fakta ilmiah saat ini. Untuk meta analisis, para peneliti menganalisis data dari 72 studi dengan lebih dari 600.000 peserta dari 18 negara. Para peneliti menemukan bahwa total asam lemak jenuh yang diukur dalam makanan atau dalam aliran darah digunakan sebagai biomarker tidak berhubungan dengan resiko penyakit coroner pada studi observasional. Ketika menganalisis studi tentang konsumsi total asam lemak tunggal tak jenuh, long-chain omega 3 dan omega-6 polyunsaturated fatty acid tidak berhubungan signifikan antara konsumsi dan resiko kardiovaskuler.

Menariknya, peneliti menemukan terdapat subtype yang berbeda dari long-chain omega-3 dan asam lemak omega-6 yang tersirkulasi memiliki asosiasi yang berbeda dengan resiko coroner, dengan beberapa fakta bahwa level sirkulasi dari asam eicosapentaenoic dan docosahexaenoic (dua tipe long-chain omega-3 polyunsaturated fatty acid), dan asam arachidonic (lemak omega-6) masing-masing berhubungan dengan resiko coroner yang lebih rendah. Hal yang sama dengan asam lemak jenuh, peneliti menemukan asosiasi positif lemah antara sirkulasi asam palmitic dan stearic (yang ditemukan pada minyak kelapa sawit dan lemak hewan) dan penyakit kardiovaskuler, sedangkan sirkulasi asam margaric (lemak susu) secara signifikan mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.

Selain itu, peneliti menganalisis efek asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam mereduksi penyakit coroner pada uji coba acak terkontrol, mereka tidak menemukan adanya efek yang signifikan, hal ini mengindikasikan kurangnya manfaat dari nutrisi ini. Prof Jeremy Pearson, Associate Medical Director dari British Heart Foundation mengatakan bahwa analisis data yang ada menunjukkan tidak adanya fakta yang cukup untuk mengatakan bahwa makanan yang kaya akan lemak ganda tak jenuh tetapi rendah asam lemak jenuh dapat mereduksi resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu dibutuhkan studi klinis dalam skala besar untuk membuat keputusan.

Selain mengonsumsi obat yang diperlukan, cara terbaik untuk menjaga jantung tetap sehat adalah dengan berhenti merokok, tetap aktif bergerak, dan memastikan makanan yang sehat masuk kedalam tubuh, hal ini berarti tidak hanya mempertimbangkan lemak dalam makanan tetapi juga asupan garam, gula, buah, dan sayuran.New Evidence Raises Questions about the Link between Fatty Acids and Heart Disease

Studi terbaru menimbulkan pertanyaan tentang pedoman untuk membatasi konsumsi lemak jenuh dan mendorong konsumsi lemak ganda tak jenuh untuk mencegah penyakit jantung. Penelitian ini dipublikasikan 18 Maret dalam Jurnal Annals of Internal Medicine. Kolaborasi penelitian yang dilakukan oleh University of Cambridge menganalisis studi cohort dan percobaan acak pada resiko coroner dan asupan asam lemak. Mereka menunjukkan bukti bahwa saat ini tidak mendukung pedoman yang membatasi konsumsi lemak jenuh untukĀ  mencegah penyakit jantung. Para peneliti juga menemukan dukungan yang cukup untuk pedoman yang menganjurkan konsumsi yang tinggi dari lemak ganda tak jenuh (seperti omega 3 dan omega 6) untuk mengurangi resiko penyakit coroner.

Ketika sub tipe asam lemak tertentu (seperti berbagai jenis omega 3) dianalisis, efek dari asam lemak tersebut pada resiko kardiovaskuler bervariasi sehingga masih mempertanyakan pedoman diet yang focus pada total jumlah dari lemak jenuh atau tidak jenuh dibandingkan sumber makanan dari subtype asam lemak. Dr Rajiv Chowdory, lead author research dari University of Cambridge mengatakan bahwa hasil ini berpotensi mengembangkan observasi ilmiah yag baru dan mendorong penilaian terhadap pedoman gizi saat ini.

Penyakit kardiovaskuler yang utama yaitu penyakit jantung coroner merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. Pada tahun 2008, lebih dari 17 juta orang meninggal dikarenakan oleh kardiovaskuler. Oleh karena itu, sangat penting untuk memiliki pedoman pencegahan yang sesuai dengan fakta ilmiah saat ini. Untuk meta analisis, para peneliti menganalisis data dari 72 studi dengan lebih dari 600.000 peserta dari 18 negara. Para peneliti menemukan bahwa total asam lemak jenuh yang diukur dalam makanan atau dalam aliran darah digunakan sebagai biomarker tidak berhubungan dengan resiko penyakit coroner pada studi observasional. Ketika menganalisis studi tentang konsumsi total asam lemak tunggal tak jenuh, long-chain omega 3 dan omega-6 polyunsaturated fatty acid tidak berhubungan signifikan antara konsumsi dan resiko kardiovaskuler.

Menariknya, peneliti menemukan terdapat subtype yang berbeda dari long-chain omega-3 dan asam lemak omega-6 yang tersirkulasi memiliki asosiasi yang berbeda dengan resiko coroner, dengan beberapa fakta bahwa level sirkulasi dari asam eicosapentaenoic dan docosahexaenoic (dua tipe long-chain omega-3 polyunsaturated fatty acid), dan asam arachidonic (lemak omega-6) masing-masing berhubungan dengan resiko coroner yang lebih rendah. Hal yang sama dengan asam lemak jenuh, peneliti menemukan asosiasi positif lemah antara sirkulasi asam palmitic dan stearic (yang ditemukan pada minyak kelapa sawit dan lemak hewan) dan penyakit kardiovaskuler, sedangkan sirkulasi asam margaric (lemak susu) secara signifikan mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler.

Selain itu, peneliti menganalisis efek asam lemak omega-3 dan omega-6 dalam mereduksi penyakit coroner pada uji coba acak terkontrol, mereka tidak menemukan adanya efek yang signifikan, hal ini mengindikasikan kurangnya manfaat dari nutrisi ini. Prof Jeremy Pearson, Associate Medical Director dari British Heart Foundation mengatakan bahwa analisis data yang ada menunjukkan tidak adanya fakta yang cukup untuk mengatakan bahwa makanan yang kaya akan lemak ganda tak jenuh tetapi rendah asam lemak jenuh dapat mereduksi resiko penyakit kardiovaskuler. Oleh karena itu dibutuhkan studi klinis dalam skala besar untuk membuat keputusan.

Selain mengonsumsi obat yang diperlukan, cara terbaik untuk menjaga jantung tetap sehat adalah dengan berhenti merokok, tetap aktif bergerak, dan memastikan makanan yang sehat masuk kedalam tubuh, hal ini berarti tidak hanya mempertimbangkan lemak dalam makanan tetapi juga asupan garam, gula, buah, dan sayuran.

New Evidence Raises Questions about the Link between Fatty Acids and Heart Disease